welcome telers
News Update :

ROBOT DETEKSI BENCANA MADE IN INDONESIA

Mahasiswa UGM menciptakan robot bisa digunakan untuk mendeteksi keberadaan korban bencana. Robot ini diciptakan oleh Tim Boyo Instrument yang mengikuti kompetisi robot dunia “The 13th International Robot Olympiad 2011” yang diikuti oleh 100 tim dari 13 negara, Desember lalu, di Jakarta. Mereka berhasil meraih emas berkat robot terbang yang diciptakan untuk kategori Creative Robot. Dalam kompetisi ini, selain meraih emas, UGM juga membawa pulang medali perak melalui Tim Gamaro dengan robot tarinya.

Ketua Tim Boyo Instrument, Christian Antonia L.P., mengatakan, dalam kontes robot tersebut mereka membuat dua robot, yakni Quadcopter yang diberi nama "Si Pitung" dan Explorer Bot bernama ''Paijo''. Quadcopter merupakan robot terbang yang dapat membawa muatan berupa robot mobil yang dapat terbang ke lokasi titik bencana dan memantau kondisi dari atas.

Pada titik bencana, Quadcopter akan menerjunkan robot mobil yang dapat menelusup ke reruntuhan dan mendeteksi keberadaan korban. Kemudian, robot akan mengirimkan data lingkungan sekitar berupa suhu, konsentrasi gas beracun, dan lain-lain, ke pusat pengendali yang berada jauh dari lokasi bencana, sehingga tim SAR dapat mengetahui lokasi korban dan kondisi lingkungan sekitar. Terbatasnya anggaran, membuat para mahasiswa ini secara kreatif memanfaatkan barang-barang bekas untuk membuatnya.

“Kami menggunakan alumunium jemuran untuk membuat rangka pesawat. Begitu pula untuk kerangka Quadcopter,  memakai teralis bekas milik teman-teman kos dan sebagian lainnya hasil berburu di Pasar Klithikan (pasar barang bekas di Yogyakarta),” jelas Christian, Kamis (5/1/2012), di Stana Parahita UGM, Yogyakarta.

Christian memaparkan, Quadcopter memiliki daya jelajah sejauh 1 kilometer dengan lama terbang 15 menit, tergantung daya baterai. Begitu pula dengan robot mobil yang memiliki daya jelajah 1 kilometer dengan kemampuan sensor sejauh 6 meter. Menurut Christian, berdasarkan penilaian dewan juri, karya timnya dipilih menjadi yang terbaik karena beberapa kelebihan, di antaranya pembuatan robot yang murah karena menggunakan barang bekas.

“Kelebihan yang lain karena negara lain tidak ada yang memiliki inovasi seperti yang kami lakukan, yaitu membuat robot terbang yang dikombinasikan dengan robot darat,” jelasnya.

Robot terbang ciptaan 9 mahasiswa ini terdiri atas empat baling-baling, yang bagian bawahnya terdapat rangka untuk menempatkan robot mobil. Mereka memasang sejumlah sensor penstabil, seperti sensor gyro untuk mendeteksi percepatan sudut, sensor akselerometer yang berguna untuk mengontrol kemiringan, serta GPS untuk mengirimkan posisi koordinat lokasi Quadcopter.

Sementara itu, Exploler Bot atau robot mobil dilengkapi dengan kamera untuk melihat kondisi di lokasi bencana. Pada robot ini juga ditanamkan sensor inframerah untuk mendeteksi keberadaan korban yang masih hidup. Selain itu, juga disiapkan sensor suhu.

“Total untuk membuat robot ini ini menghabiskan dana 8,8 juta rupiah,” ujar Andika Pramanta Yudha, salah satu anggota tim.

Andika menyebutkan, latar belakang pembuatan robot untuk bencana ini karena Yogyakarta merupakan daerah rawan bencana. Ke depan, akan dikembangkan dengan menambahkan sensor tambahan, seperti sensor gas atau sensor vulkanik.

“Nanti bisa disesuaikan dengan kebutuhan bencananya. Selain untuk menemukan korban bencana, ke depan robot ini diharapkan bisa melakukan dropping obat di lokasi sulit,” ujarnya.

Tim Boyo Instrument yang menciptakan robot ini beranggotakan Andika Pramanta Yudha (Jurusan Teknologi Informasi) dan delapan mahasiswa Jurusan Elektronika dan Instrumentasi (Elins) Fakultas MIPA, Rossena Karisma Rasul, Christian Antonia L.P., Rangga Kurniawan, M. Zaim Abdilah, Eviyan Fajar Anggara, Firdhaus Azhar, Anggoro Wibisono, dan Latifah Noor.

Tim Gamaro

Sementara itu, Tim Gamaro yang berhasil meraih perak dalam kategori robot Indonesiana, menciptakan robot humanoid yang diberi nama ''Joko Klono'', yang dapat menarikan tarian tradisional khas Jogja, yakni Tari Klono Topeng.

Ketua tim Gamaro, Pramudita Johan Iswara menyebutkan, selain menonjolkan sisi tarian, robot memiliki desain yang menarik sehingga pernah menyabet best design dalam Kontes Robot Seni Indonesia 2011. Robot ini juga mempunyai 31 persendian, yaitu 6 di masing-masing kaki, 7 di masing-masing tangan, 3 di leher dan 2 di badan.

“Dengan 31 persendian itu dapat menghasilkan tarian yang elegan dan luwes. Itu yang juga menjadi nilai lebih di mata juri,” kata Pramudita.

Ia menjelaskan, robot Joko Klono dibuat menggunakan komponen berkualitas premium. Persendian robot dibuat dengan motor cervo berkekuatan tinggi dengan kekuatan angkat 30 kilogram setiap 1 sentimeter.

“Total biaya pembuatan menghabiskan dana sebesar 40 juta rupiah,” kata mahasiswa Jurusan Elins ini.

Selain Pramudita, Tim Gamaro terdiri atas Afriyani Soraya Sari, Nisa' Latifatul Ngilma, Mirza Dhanu, ketiganya juga mahasiswa Jurusan Elins. Berikutnya, tiga mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Zulfikar Rachman, Rahmanditya Wijaya, dan Gilang Abimantaka, serta dua mahasiswa Diploma Teknik Elektro, Muhammad Arifin Eska dan Agus Faudin.

KOMPAS.COM
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

related post

bdg news

 

© Copyright telemedia news 2016 | edited by iwan66 | Published by Telemedia News | Powered by Blogger.com.